Perintah Illahi Islam: Bersetubuh dengan Menantu Wanita

oleh Ayesha Ahmed
29 Jan, 2008

Berhubungan kelamin dengan menantu wanita merupakan hal yang suci dan hubungan yang mulia, seperti yang tertulis dalam Qur’an dan hal ini pun dilakukan oleh ‘insan-e-kamil, nabi kita, sang manusia sempurna.

Nabi kita Muhammad memiliki menantu wanita cantik bernama Zainab, yang merupakan istri anak angkatnya yang bernama Zaid Bin Mohammed. Di suatu pagi, Muhammad berjalan masuk ke rumah menantunya untuk mencari Zaid dan kebetulan melihat Zainab yang baru bangun tidur dan telanjang. Muhammad senang sekali akan pemandangan ini. Singkat cerita, beberapa hari kemudian Muhammad berhubungan seks dengan Zainab.


Masyarakat Medinah Mempertanyakan Perbuatan Nabinya

Dalam budaya Arab, menantu wanita itu bagaikan anak perempuan sendiri, tidak peduli apakah dia itu istri dari anak angkat atau anak kandung. Kabar sang Nabi menyetubuhi istri anaknya sendiri membuat masyarakat Medinah ngamuk. Mereka mempertanyakan hal ini padanya.

Orang2 Medina:
“Wahai, sang Nabi Allah, bagaimana kau dapat melakukan hal yang begitu memuakkan dan menjijikan ngeseks dengan menantumu sendiri. Haremmu membludak dengan istri2mu yang cantik dan bahenol. Lebih dari itu, kau selalu mengambil 20% jumlah tawanan2 wanita kafir sebagai jatah rampasanmu. Rasul Allah, tindakan insetst-mu menghina tradisi Arab yang terhormat.”

Sang Nabi:
Bagiku, satu2nya perbuatan terhormat hanyalah mengikuti perintah Allah. Dan Allah sendiri yang memerintahkanku untuk ngeseks dengan Zainab. Ini lho ayatnya:
Q 33:37
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya, Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.

Orang2 Medina:
Sungguh aneh bahwasanya Allah begitu bersemangat menikahkan kami dengan anak2 angkat kami. Sudahlah, jika itu memang yang diinginkan Allah, maka biarkan saja. Tapi mengapa kau tidak menyelenggarakan upacara kawin dengan Zainab sebelum menidurinya? Bukankah itu merupakan zinah?

Sang Nabi:
Tentu saja tidak, dong, karena aku diijinkan ngeseks dengan saudara2 sepupuku tanpa perkawinan dan Zainab sendiri adalah anak perempuan tanteku. Ini lho ayatnya:
Q 33:50
Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu ….

Orang2 Medinah:
Nabi, apakah kau yakin Q 33:50 itu tidak diwahyukan oleh Setan padamu seperti yang dilakukannya dengan ayat2 setan di Mekah?

Sang Nabi:
Wah, aku tidak dapat ditipu setan lagi sekarang. Aku yakin banget Jibril yang mendatangkan ayat itu padaku.

Orang2 Medinah:
Rasul Allah, ada hal lain yang ingin kami bicarakan denganmu. Kami diberitahu bahwa kau ngeseks dengan istri2 kami saat kau memerintahkan kami berjihad di tempat2 yang jauh. Apakah benar begitu?

Sang Nabi:
Iya, benar begitu. Para Muslimah menawarkan diri padaku dengan harapan selamat dan dapat tempat spesial dari Allah di akhirat dan Allah sendiri mengijinkan diriku untuk memenuhi keinginan mereka dengan lanjutan dari Q Q 33:50
…. dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, ….

Akan tetapi, seperti yang kau ketahui, aku ini sibuk banget dan tidak bisa memuaskan semua permintaan. Lagipula istri2ku yang lain pada marah dan cemburu jika aku bersama wanita2 lain; mereka juga benci melihat antrean Muslimah di luar kamarku setiap hari.

Orang2 Medinah:
Sebenarnya istri2mu sendirilah yang memberitahu kami tentang hal ini. Mereka bilang kau jadi begitu capek sehingga begitu kau datang ke kamar2 mereka, kau langsung tidur setelah sholat. Beberapa istri2 mudamu sangat iri dan marah sehingga kami dapat saja dengan mudah meniduri mereka sama seperti yang katanya dilakukan Safwan bin Muattal terhadap istri mudamu Aisha yang cemburu di perjalanan pulan dari Mustaliq setelah kau mengawini istri muda barumu si Juwariyah. Kau sendiri percaya Aisha ngeseks dengan pria lain dan mengirimnya kembali ke rumah babehnya.

Sang Nabi:
Wah, Allah juga udah tahu kok tentang hal itu. Itulah sebabnya Dia memerintahkan istri2ku untuk tinggal di rumah saja dan dikerudungi. Kalian semua tidak boleh mengunjungi istri2ku tanpa ijin dariku dan hanya boleh bicara dengan mereka di balik gorden, jika memang musti bicara (sebelum itu di Medinah, kaum pria boleh bicara dengan wanita bebas tanpa jilbab). Ini lho ayatnya:
Q 33:53
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu ke luar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka…..

Tidak hanya itu saja, Allah pun menegur istri2ku dengan keras:
Q 33:30
Hai istri-istri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.

Orang2 Medinah:
Boleh dong kami nikahi istri2mu setelah kau wafat. Kasihan lho mereka itu masih begitu muda, cantik, dan kurang puas seks, sedangkan kau begitu tua dan sudah bau tanah.

Sang Nabi:
Enak aja lo. Tidak ada yang boleh menyentuh istri2ku setelah aku mati!

Orang2 Medinah:
Kok gitu? Kau sendiri menikahi janda2 muda jihadis yang mati terbunuh di perampokan yang kau perintahkan. Kenapa sekarang kau larang kami menikahi janda2mu?

Sang Nabi:
Karena Allah berkata begitu. Ini lanjutan ayatnya:
Q 33:50
… Dan tidak boleh kamu mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.

Orang2 Medinah:
Ya udah kalau begitu. Tapi bagaimana dengan ngeseks semalam saja tanpa nikah dengan saudara2 sepupu kami atau Muslimah2 lain yang menawarkan diri pada kami?

Sang Nabi:
Kagak ada ya ngeseks semalam doang tanpa nikah. Kau hanya boleh ngeseks dengan mereka jika setelah kau menikahi mereka.

Orang2 Medina:
Kok begitu? Kau sendiri boleh melakukannya, kenapa kami tidak?

Sang Nabi:
Ngeseks semalam tanpa ikatan kawin hanya khusus untukku saja, dan bukan untuk siapapun. Ini lanjutan Q 33:50
... sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Orang2 Medinah:
Tapi wahai Rasul Allah, bukankah Q 33:21 mengatakan kau adalah contoh manusia sempurna bagi kami dan Q 3:31 mengatakan bahwa kami harus mencontoh perbuatanmu jika kami ingin disayang Allah? Kalau begitu ayat2 itu ngibul belaka, karena selagi kau bersenang-senang insets dan zinah, maka Allah dengan cepat menghalalkannya, sedangkan ketika kami ingin mencontoh perbuatanmu, Allah menyebut hal itu zinah dan menghukum dengan rajam. Mengapa kok begitu?

Sang Nabi:
Allah berkata bahwa kau tidak boleh membuat nabimu jengkel dan kau sekarang membuatku sangat jengkel. Ini lanjutin Q 33:53
Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah

Orang2 Medinah:
Masakan kami tidak boleh mengajukan pertanyaan2?

Sang Nabi:
Tidak!! Jika kalian berani tanya2 segala, maka kalian akan dipenggal.

Orang2 Medinah:
Ah, mana ada ayat2 Qur’an yang mengatakan begitu?

Sang Nabi:
Tentu saja ada. Nih Q 5:101-102:
[101] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
[102] Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya.


Jika Muslim tidak percaya lagi, maka Allah menyuruh Muslim2 lain untuk memenggal kepalanya

Pesan kisah Qur’an di atas adalah:
Otakmu itu bagaikan keledaimu, dan Islam bagaikan sebuah mesjid. Kau boleh menunggangi keledaimu ke mana saja kau mau, tapi jika kau masuk mesjid, tinggalkan keledaimu di luar pintu mesjid.