Apakah Qur’an itu Asli?
Apakah Qur’an itu Asli?
oleh Harvard House
Mengapa para sahabat Muhammad menulis versi2 unik Qur’an?
Mengapa versi2 unik Qur’an ini kemudian dibakar?
Ketika Muhammad wafat di tahun 632M, Qur’an belum dicatat dan dikumpulkan dalam sebuah buku. Para Muslim hanya menghafalkan sebagian besar Qur’an saja. Hal ini terutama dilakukan oleh para Muslim yang kenal dekat Muhammad. Qur’an berarti melafalkan. Ada kemungkinan bahwa beberapa ayat ditulis di atas tulang, batu, atau disembunyikan sebelum Muhammad wafat. Tak lama setelah dia wafat, para Muslim awal ini mengambil keputusan mengumpulkan ayat2 Qur’an dalam sebuah buku.
Qur’an yang asli dijadikan buku di tahun 634M. Penting untuk diketahui bahwa penyusunan Qur’an terjadi karena proses politik. Di tahun 633M, terjadi perang yang menewaskan 700 Muslim. Rekan dekat Muhammad yang bernama Salim yang mampu melafalkan sebagian besar Qur’an terbunuh. Apa yang terjadi jika semua rekan2 karif Muhammad terbunuh? Para Muslim awal ingin mempertahankan kemurnian Qur’an seperti yang telah diwahyukan oleh Muhammad.
Jadi Qur’an asli di tahun 634M disusun di bawah pimpinan Kalifah Abu Bakr. Qur’an inilah yang lalu dikenal sebagai codex (mushaf) Hafsah (ini terjadi 10 tahun kemudian saat Hafsah menyimpan Qur’an ini). Akan tetapi, Qur’an asli ini dihancurkan para pemimpin Islam di tahun 667 M. (Hafsah adalah salah satu istri Muhammad. Dia menjaga Qur’an yang asli itu sampai ajalnya di tahun 667 M. Para pemipin Islam ingin menghancurkan Qur’an asli ini sebelum Hafsah sampai ajal. Tapi Hafsah menolak menyerahkan Qur’an-nya untuk dibakar. Dia berhasil mempertahankan Qur’an ini sampai ajalnya [begitu menurut Al-Masahif 24]. Penting untuk dipertanyakan: “Mengapa Hafsah tidak mau menyerahkan Qur’an asli terpenting ini untuk dibakar?”).
Berdasarkan sumber2 Islam sendiri saja, tampaknya mushaf Hafsah adalah satu dari Qur’an terakhir lainnya yang dihancurkan oleh para Muslim. Apakah sebenarnya yang terjadi sehingga Qur’an asli ini tidak diterima dan bahkan harus dihancurkan? Mengapa Qur’an mushaf Hafsah ini tidak dipertahankan sejak dibentuk jadi buku (tahun 634 M) dan hanya dua tahun setelah Muhammad wafat (di tahun 632M)?
Untuk mengetahuinya sebabnya, maka perlu dimengerti prosedur awal yang ditetapkan dalam mengumpulkan Qur’an yang asli. Abu Bakr memerintahkan bahwa ayat2 Qur’an yang dikumpulkan harus disampaikan oleh kesaksian paling sedikit dua Muslim. Versi awal Qur’an ini tentunya yang paling banyak diingat para pengikut Muhammad di tahun 634M. Dengan begitu jelas alasannya mengapa Hafsah tidak mau menyerahkan Qur’an-nya yang asli untuk dibakar.
Sejarah bagaimana Qur’an dicatat dinyatakan di sumber2 tulisan Muslim yang patut dipercayai, yakni hadis. Masalah Qur’an mulai muncul di saat kekalifahan ketiga Islam, yang dipimpin oleh Kalifah Usman (644 – 656M). Rupanya saat itu agama Islam sudah menyebar luas gara2 penyerangan militer Islam. Para tentara Muslim membaca berbagai versi Qur’an yang berbeda-beda. Orang2 ini bertanya,”Apakah Qur’an yang ini benar2 murni seperti yang diwahyukan dan diajarkan Muhammad?”
Hadis yang paling terpercaya yakni Sahih Bukhari mencatat bagaimana prajurit2 Muslim bersengketa tentang versi2 Qur’an yang berbeda.
Hadis Sahih Bukhari, volume 6, buku 61, nomer 510:
Hudhaifa khawatir akan perbedaan pelafalan Qur’an, jadi dia berkata pada ‘Uthman, “Wahai, ketua para umat! Selamatkan negara ini sebelum mereka bersengketa tentang Qur’an seperti yang terjadi pada orang2 Yahudi dan Kristen sebelumnya.”
Dalam menangani permintaan ini, Kalifah Uthman mengirim pesan kepada Hafsah karena Hafsahlah yang punya Qur’an asli yang dikumpulkan di tahun 634M. Inilah yang ditulis Uthman kepada Hafsah:
“Kirim pada kami susunan naskah2 Qur’an sehingga kami bisa mengumpulkan bahan2 Qur’an dalam jilid2 yang sempurna dan kami akan mengembalikan susunan naskah Qur’an itu padamu.”
Hafsah lalu mengirimkan Qur’an-nya pada Uthman.
Lalu Kalifah Uthman memerintahkan orang2nya yang mengerti Qur’an untuk menyusun Qur’an sekali lagi. Ini yang tertulis dalam hadis:
Uthman lalu memerintahkan empat orang menulis kembali Qur’an dalam duplikat2 yang sempurna. Setelah ini dilakukan, Qur’an mushaf Hafsah dikembalikan pada Hafsah. “Uthman mengembalikan naskah2 Qur’an yang asli pada Hafsah.”
Setelah memiliki versi baru Qur’an, Uthman memerintahkan semua Qur’an2 yang lain dibakar. Inilah yang tertulis dalam hadis:
Uthman mengirim sebuah duplikat Qur’an pada setiap propinsi Muslim, dan memerintahkan naskah2 Qur’an yang lain dibakar, tidak peduli apakah tertulis di naskah2 terpisah atau seluruh kumpulan Qur’an, harus dibakar.
Ini berarti terjadi perubahan drastis. Pertanyaan yang muncul adalah, “Mengapa Qur’an2 dan naskah2 Qur’an lainnya harus dibakar?” Jawabannya terdapat dalam pernyataan Hudhaifa di hadis: “Hudhaifa khawatir akan perbedaan pelafalan Qur’an.” Hudhaifa tidak ingin ada versi Qur’an yang berbeda. Bagi Hudhaifa, satu versi Qur’an berarti kesatuan seluruh umat Muslim. Jika tentara Muslim tidak bersatu, maka Islam akan runtuh.
Apa yang salah pada versi2 Qur’an yang lain sehingga harus dibakar musnah? Apakah Qur’an yang sekarang ada benar2 asli seperti yang dipercaya Muslim jaman modern? Karena alasan pembakaran semua versi Qur’an yang berbeda hanyalah alasan politik, maka Qur’an modern merupakan hasil keputusan politis para pemimpin politik Muslim, dan bukan keputusan sang Nabi Muhammad. Pertanyaan2 seperti ini tidak akan pernah bisa dijawab. Tapi sudah pasti bahwa Qur’an yang ada saat ini tidaklah sama dengan Qur’an asli yang disusun hanya dua tahun setelah Muhammad wafat. Sudah pasti bahwa Qur’an mushaf Hafsah merupakan Qur’an yang paling asli, paling tepat sepanjang masa. Tapi para pemimpin Muslim malahan ngotot membakarnya. Apa sih sebenarnya yang terjadi di tahun2 awal Islam?
Bukti ada Beberapa Versi Qur’an yang Berbeda
Sumber2 literatur Islam menyatakan bahwa setidaknya terdapat empat versi Qur’an yang ada sebelum Kalifah Usman mengeluarkan perintah pembakaran. (referensi: “Al Tamhid 2, 247).
Empat versi Qur’an itu dituls oleh orang2 yang kenal dekat dengan Muhammad. Setiap orang menulis versi Qur’an-nya sendiri. Berdasarkan sumber2 Islam, perbedaan versi Qur’an ini cukup serius sehingga mengakibatkan perpecahan antar Muslim. Sumber Islam “K. al Masahif” melaporkan bahwa perbedaan begitu serius sehingga seorang Muslim menyebut Muslim lainnya bid’ah:
Sewaktu pemerintahan Uthman, guru2 mengajarkan pelafalan ini dan itu pada murid2nya. Ketika para murid bertemu dan tidak setuju cara pelafalan tertentu, mereka melaporkan perbedaan ini kepada guru2 mereka. Mereka lalu mempertahankan cara pelafalan mereka, dan menuduh pihak lain bid’ah. (Abu Bakr `Abdullah b. abi Da'ud, "K. al Masahif).
Jadi keputusan politis dikeluarkan untuk menciptkan satu versi Qur’an saja. Hal ini tidak disetuji oleh para Muslim awal yang telah menyusun Qur’an versi mereka sendiri. Siapakah orang2 ini?
Sumber literatur Islam menyatakan orang2 terpilih ini yang menyusun Qur’an mereka sendiri. Hadis Sahih Bukhari, volume 5, buku 58, nomer 150.
Aku mendengar sang Nabi berkata, “Belajarlah pelafalan Qur’an dari empat orang ini: (1) Abdullah Ibn Mas’ud, (2) Salim (yang terbunuh di perang tahun 633M), dan dia adalah budak Abu Hudhaifa yang dimerdekakan, (3) Ubayy b. Ka’ab, dan (4) Muadh bin Jabal.”
Jadi ada beberapa orang khusus yang dipilih Muhammad karena pengetahuan mereka akan Qur’an dan orang2 ini lalu menyusun Qur’an versi mereka sendiri. Qur’an2 ini beredar luas dan digunakan di kalangan Muslim. Hal inilah yang menyebabkan tentara2 Muslim saling bersengketa dan menuduh satu sama lain bid’ah.
Setelah Qur’an yang “resmi” diterbitkan dan keluar perintah pembakaran Qur’an versi lain, maka sekelompok Muslim marah. Keterangan berikut dari literatur Islam mungkin merupakan keterangan yang terpenting tentang orang2 yang mengenal Muhammad secara pribadi. Mari mulai dengan Abdullah Ibn Mas’ud yang diminta untuk membakar versi Qur’an-nya sendiri.
“Bagaimana mungkin kau memerintahkan dirku untuk melafalkan pembacaan Zaid, sedangkan aku melafalkannya dari mulut sang Nabi sendiri akan tujuhpuluh Sura?” “Apakah aku, “ tanya Abdullah, “harus melupakan apa yang kuketahui dari bibir sang Nabi sendiri?”
("K. al Masahif" oleh Ibn abi Dawood, 824-897 AD, hal. 12, 14).
Apakah Abdullah Ibn Mas’ud menganggap Qur’an yang beredar saat ini merupakan Qur’an murni, padahal dia menolak membakar Qur’an versi miliknya sendiri? Karena Mas’ud tidak sudi membiarkan Qur’an versi miliknya dibakar, maka sudah jelas Mas’ud tidak menganggap Qur’an milik Uthman itu asli. Hal yang penting untuk dipertanyakan, “Mengapa Mas’ud tidak mau menyerahkan dan membakar Qur’an miliknya?”
Mas’ud adalah sahabat karib dan pelayan pribadi Muhammad. Nabi Muhammad mengajarkan Qur’an pada Mas’ud secara pribadi. Karena eratnya hubungan pribadi dengan Muhammad, maka Mas’ud jelas yakin bahwa dia punya kualifikasi meyakinkan untuk menyusun Qur’an versinya sendiri.
Mas’ud lalu pindah ke Kufa, Irak, di mana dia menyelesaikan menyusun Qur’an versinya sendiri, yang dikenal dengan mushaf Kufan. Qur’an unik ini selesai disusunnya beberapa tahun setelah Qur’an asli milik Hafsah disusun (tahun 634 M). Qur’an versi Mas’ud tidak memiliki Sura 1, 113, dan 114 yang terdapat dalam Qur’an “resmi” saat ini. Apakah Qur’an itu benar2 asli seperti yang dipercayai Muslim sekarang?
Qur’an versi lain disusun oleh Ubayy b. Ka’ab. Diapun adalah sahabat karib Muhammad dan merupakan sekretaris (juru tulis) Muhammad. Ubayy mahir melafalkan banyak ayat2 Qur’an, dan dia belajar pelafalan ini langsung dari Muhammad. Para ilmuwan Islam menemukan bahwa Qur’an versi Ubayy berbeda dengan Qur’an “resmi” karena punya Ubayy terdapat dua Sura lain (berjudul Sura Al-Khal dan Sura Al-Afd). Karena Muhammad secara pribadi mengajar Ubayy tentang Qur’an, maka mengapa yaaa Qur’an “resmi” saat ini tidak mengandung dua Sura tersebut?
Ubayy wafat saat kepemimpinan Kalifah Umar, dan saat itu Qur’an yang “resmi” belum disusun oleh Uthman. Karena itulah, Ubayy tidak usah menyaksikan Qur’an versi miliknya dibakar atas perintah Uthman. Karena Ubayy menyusun Qur’annya sendiri dan belajar langsung dari mulut nabi Muhammad, tentunya dia akan setuju dengan sikap Mas’ud yang menolak menyerahkan Qur’an versinya untuk dibakar, bukan?
Karena keputusan Uthman untuk menciptakan Qur’an versi “resmi”, maka Qur’an versi Ubayy dibakar. Penting untuk dipertanyakan, “Apakah Qur’an sekarang benar2 asli?”
Sekarang tentang Qur’an asli yang dikenal sebagai mushaf Hafsah. Qur’an ini dibakar para pemimpin Muslim segera setelah Hafsah meninggal. Penting untuk dipertanyakan, “Mengapa Hafsah tidak mau Qur’an bernaskah terasli ini dibakar?”
Qur’an “resmi” jaman sekarang datang dari Zaid ibn Thabit, yang merupakan juru tulis Muhammad yang paling muda. Zaid, karena usia mudanya, masih hidup ketika orang2 terdekat Muhammad lainnya sudah mati. Akan tetapi, akhirnya malah Qur’an versi Zaid yang dipilih Uthman sebagai Qur’an yang “resmi.”
Muslim2 lain yang sangat dekat hubungannya dengan Muhammad menjadi sangat marah ketika Uthman bersikeras hanya ada satu jenis Qur’an saja yang boleh digunakan. Sumber2 Islam menunjukkan bahwa keaslian Qur’an sejak jaman Muhammad tidak jelas lagi. Jika tidak terdapat versi2 Qur’an yang berbeda, maka tentunya tidak akan ada perintah pembakaran.
Kaum Muslim percaya bahwa terdapat tujuh versi Qur’an, tapi hanya Qur’an versi Uthman saja yang benar. Jadi para Muslim tidak mempermasalahkan pembakaran Qur’an2 versi lain. Akan tetapi, dibutuhkan “iman buta” untuk percaya dan menerima pandangan seperti ini.
Jika Muhammad betul2 mampu secara konsisten meramalkan masa depan, maka tentunya Qur’an memang berasal dari Tuhan. Akan tetapi kenyataannya tidak begitu. Peristiwa politik pembakaran Qur’an versi lain yang dilakukan para pemimpin awal Islam membuktikan bahwa Qur’an berasal dari Jibril gadungan.
0 Responses to Apakah Qur’an itu Asli?
Something to say?